Perhatian

Bagi Pengunjung Website Ini Di Harapkan Jangan Menyalahkan Website Ini Bila Berdampak Negatif Maupun Positif Website Ini Tetapi Salahkan Diri Sendiri Bila Anda Rusak Di Kehidupan Nantinya Di Masa Akan Datang Bagi Belum Cukup Umur

Home

     

Tulisan

  Silahkan Beri Komentar Jika Ada Bermasalah Di Blog Ini Yang Insyah Allah Akan Diperbaiki

Rabu, 24 Desember 2014

Pertanyaan di dalam al-quran bagian 1

PERTANYAAN 1
Apa yang dimaksud dengan mencari ridha Allah pada tingkatan yang tertinggi?
Apa yang akan Anda lakukan jika tempat tinggal Anda mengalami bencana banjir? Apakah Anda akan naik ke lantai tertinggi dan menunggu tim penyelamat, ataukah naik dari lantai ke lantai sejalan dengan naiknya air? Saat Anda naik ke atap, apakah Anda akan menggunakan tangga ataukah elevator? Jelas bahwa tindakan yang paling bijaksana pada kondisi seperti itu adalah memilih alternatif yang akan menyelamatkan Anda, yakni alternatif yang memberikan hasil tercepat. Alternatif lainnya tak perlu dilihat lagi. Dalam situasi ini, yang terbaik adalah naik ke lantai teratas dengan menggunakan elevator. Demikian lah cara “memilih jalan terbaik”.
Kaum yang beriman menggunakan semua sarana material dan spiritual pada setiap jam, bahkan setiap detik kehidupannya sesuai dengan kehendak Allah. Jika harus memilih di antara beberapa alternatif, dia memilihnya dengan arif dan mendengarkan hati nuraninya. Dan pilihan yang diambilnya ditujukan untuk mengharap ridha Allah. Dengan cara ini, ia bertindak sesuai dengan ridha Allah pada tingkatan yang tertinggi.

PERTANYAAN 2
Apa arti beriman sepenuh hati?
Setiap orang pasti tahu bahwa tangannya akan terbakar jika terkena api. Ia tak perlu berpikir lagi apakah akan benar-benar terbakar atau tidak. Artinya, ia memiliki keyakinan penuh bahwa api tersebut akan membakarnya. Keyakinan seperti ini disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya. (Surat Al-Jatsiyyah: 20)
“Memiliki keimanan sepenuh hati” artinya mempercayai keberadaan Allah dan keesaannya, hari kebangkitan, surga dan neraka dengan sepenuh-penuhnya keyakinan, tanpa ragu sedikitpun akan kebenarannya. Layaknya mempercayai keberadaan orang-orang disekitar kita yang kita lihat dan kita ajak bicara, seperti halnya pengetahuan intuitif terhadap contoh api di atas. Keimanan penuh yang tumbuh di hati orang tersebut akan mendorongnya untuk selalu beramal dengan cara yang diridhai Allah di setiap saat.

PERTANYAAN 3
Bagaımana cara mengetahui tindakan kita yang mana yang diridhai Allah?
Pada orang yang takut kepadaNya, Allah selalu memberi tahu tindakan mana yang paling tepat melalui hati nurani. Dalam sebuah ayat, Allah berfirman:
Hai orang-orang beriman! Jika engkau takut (bertaqwa) kepada Allah, niscaya Dia memberimu furqon (yang dengannya engkau membedakan yang benar dari yang salah) dan menghapuskan segala kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Surat Al-Anfal: 29)
Mesti diingat bahwa suara pertama yang didengar individu di dalam hatinya adalah suara nurani yang membantunya membedakan yang benar dari yang salah. Suara ini lah yang memberitahukan perbuatan yang diridhai Allah. Orang yang takut kepada Allah sampai kepada kebenaran dengan jalan mendengarkan kepada hati nuraninya.

PERTANYAAN 4
Adakah suara lain di dalam hati selain suara hati nurani?
Semua alternatif lain yang muncul setelah kata hati adalah “suara hawa nafsu” yang berusaha menghapus kata hati. Hawa nafsu berusaha sekuat tenaga untuk mencegah seseorang untuk melakukan perberbuatan yang benar dan mendorong kepada perbuatan buruk.
Suara ini mungkin tidak nampak jelas. Bisa muncul berupa serangkaian alasan yang nampaknya masuk akal. Pengaruhnya bisa menyebabkan seseorang berpikiran “semua ini (hati nurani) tak berarti sama sekali”. Kenyataan ini disebutkan Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan jiwa yang Allah sempurnakan dan ilhamkan padanya pengetahuan akan dosa dan ketaqwaan. Sungguh beruntung orang-orang yang menyucikan jiwa.” (Surat Asy-Syams: 7-9)
Ayat di atas menyatakan bahwa manusia merupakan sasaran dosa (hawa nafsu), namun diberi kesadaran bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menghindarinya. Manusia diuji untuk memilih antara kebaikan dan keburukan.

PERTANYAAN 5
Bagaimana cara mata melihat?
Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu tanpa mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Surat An-Nahl: 78)
Proses penglihatan terjadi secara bertahap. Saat mata melihat benda, kumpulan cahaya (foton) bergerak dari benda menuju mata. Cahaya ini menembus lensa mata yang selanjutnya membiaskannya dan menjatuhkannya secara terbalik di retina mata – bagian belakang mata. Sinar yang jatuh di retina mata ini di ubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan diteruskan oleh syaraf-syaraf neuron ke sebuah bintik kecil di bagian belakang otak yang disebut pusat penglihatan. Di dalam pusat penglihatan inilah, sinyal listrik ini diterima sebagai sebuah bayangan setelah mengalami sederetan proses. Dalam bintik kecil inilah sebenarnya penglihatan terjadi, di bagian belakang otak yang sama sekali gelap dan terlindung dari cahaya.
Saat mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita hanya melihat efek-efek impuls yang sampai ke mata kita dan diteruskan ke otak kita setelah diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Jadi, saat kita mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita hanya melihat sinyal-sinyal listrik di dalam otak kita.
Buku yang sedang Anda baca serta pemandangan yang terbentang di kaki langit termuat dalam ruang kecil di dalam otak ini. Hal yang serupa terjadi dengan persepsi lain yang Anda tangkap melalui keempat indra lainnya.

PERTANYAAN 6
Apa maksud pernyataan bahwa materi merupakan “kumpulan persepsi-persepsi”?
Seluruh informasi yang kita miliki tentang dunia luar, sampai kepada kita melalui kelima indra kita. Dunia yang kita tahu terdiri dari apa yang kita lihat dengan mata, yang kita dengar lewat telinga, yang kita cium dengan hidung, yang kita rasa dengan lidah, dan yang kita rasa lewat sentuhan kulit. Riset modern mengungkapkan bahwa persepsi kita hanyalah respons-respons otak terhadap sinyal-sinyal listrik. Berdasarkan hal ini, orang yang kita lihat, warna-warna, rasa keras melalui sentuhan, dan segala sesuatu yang kita miliki dan yang kita terima sebagai dunia luar, hanyalah sinyal-sinyal listrik yang sampai ke otak kita.
Contohnya sebuah apel: Sinyal-sinyal listrik yang berkenaan dengan rasa, bau, rupa dan kekerasan buah apel sampai ke otak kita melalui syaraf-syaraf dan membentuk gambarannya di dalam otak. Jika syaraf menuju otak terputus, persepsi yang berkenaan dengan buah apel ini akan lenyap. Yang kita indra sebagai apel, sebenarnya merupakan kumpulan persepsi-persepsi yang sampai ke otak kita. Kita tak pernah bisa memastikan bahwa “kumpulan persepsi-persepsi” ini benar-benar ada di luar kita. Kita tak memiliki kesempatan untuk bisa keluar dari otak kita dan menyentuh sesuatu yang ada di luar: yang kita miliki hanyalah persepsi-persepsi kita.

PERTANYAAN 7
Apakah keberadaan dunia luar suatu keharusan?
Kita tak pernah tahu apakah dunia luar benar-benar ada, karena setiap benda hanyalah kumpulan persepsi-persepsi. Dan persepsi-persepsi ini hanya ada dalam pikiran kita. Maka, satu-satunya dunia yang benar-benar ada adalah dunia persepsi-persepsi. Satu-satunya dunia yang kita tahu hanyalah dunia yang ada dalam pikiran kita; dunia yang dirancang, direkam, dan hidup di sana. Pendek kata, dunia yang diciptakan dalam pikiran kita. Itulah satu-satunya dunia yang kita yakini keberadaannya.

Lanjut Bagian Ke-2 Silahkan Cari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kurang Sempurna

Maaf Blog Ini Belum Sempurna Masih Dikerja Jadi Mohon Kesabarannya

Translate

Tukar Link